Children's Position as a Result of Sirri Marriage Under Islamic and Positive Law in Indonesia

Abstract

Although registering a marriage does not determine its validity in Islam, unregistered marriages in Indonesia cause children to be unregistered by state law, which is known as a Sirri marriage. As a result, legally, Sirri marriages have a position and effect on a child’s status and position. In terms of the issues raised in this article, how do children affected by Sirri marriages fare under Islamic and positive law in Indonesia? Furthermore, the purpose of research in this article is to analyze position of children affected by Sirri marriages fare under Islamic and positive law in Indonesia. The research method used, emphasizes legal normative views of the type of research (library research), then analyzed using descriptive analytical method, to provide data that is comprehensive about the people, the state, or the symptoms of the other. The study’s findings show that children born from legal marriages under Islamic law and legal marriages under law are children born from legal weddings under Islamic law and following the procedures of Article 2 paragraph 1 and paragraph 2 of Law No. 1 of 1974. A kid born of a marriage that is valid in Islamic law and does not in the outside procedure in article 2 paragraph 2 is a child born of a marriage that is valid in Islamic law and does in the outside procedure. However, the status of Sirri marriage cannot be legally acknowledged because it is not recorded from the administrative side of unregistered marriages as stated in Article 2 paragraph (2) of Law No. 1 of 1974. Second, the legislation because of Sirri marriage to the position of children is to make the status and position of a kid unacknowledged if the child was born before the marriage of both parents and is registered, legally recognized, and recorded.


Keywords: status of children due to Sirri marriage, Islamic Law, positive law In Indonesia

References
[1] Hasim Purba. Pentingnya Amandemen UU Perkawinan Dan Isu-isu Kritis Dalam Naskah Akademik RUU perkawinan. Semin. dan Work., Madani Hotel Medan: n.d.

[2] Sudarsono. No Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta: Melton Putra; 1991.

[3] Rio Satria. Kritik Analitis tentang Putusan Mahkamah Konstitusi mengenai uji materil Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 (Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 43 ayat (1) n.d.

[4] Febriansyah E. Tinjauan Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi No.46/PUU-VII/2010 tentang Kedudukan Anak di luar Nikah yang diakui dalam pembagian Waris. J Huk Unnes. 2015;4:9.

[5] Edyar B. Status Anak Luar Nikah Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam Pasca Keluarnya Putusan MK Tentang Uji Materiil Undang Undang Perkawinan. Al- Istinbath J Huk Islam 2016;1:181–200.

[6] Putusan. Putusan Mahkamah Konstitusi No.46/PUU-VII/2010. Jakarta: MK; 2010.

[7] Wahid M. Fiqih Madzhab Negara: Kritik atas Politik Hukum Islam di Indonesia. Rumadi. Yogyakarta: LkiS; 2001.

[8] Abdul Khamid Hakim. Kitab Al-Bayan. Damaskus: Darul Minhaj Syiria Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Download Kitab al Bayan SyaMuhadzab Karya Imam Imroni”, Klik untuk baca: https://www.kompasiana.com/nasirabi/ 54f3c7977455137d2b6c7f2c/download-kitab-al-bayan-syarh-muhadzab-ka; 1983.

[9] Siska Lis Sulistiani. Kedudukan Hukum Anak Hasil Perkawinan Beda Agama menurut Hukum Positif dan Hukum Islam. Bandung: Refika Aditama; 2015.

[10] Manan A. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Cet II. Jakarta: Kencana; 2008.

[11] Syarifudin A. Hukum Kewarisan Islam. Jakarta: Kencana Pranada Media; 2002.

[12] Soerjono soekarto. Pengantar Penenlitian Hukum. Jakarta: UI Press; 1984.

[13] Amiur Nuruddin. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Azhari Akm. Jakarta: Fajar Interpratama Offiset; 2004.

[14] Beni Ahmad Syacbany. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Syamsul Fa. Bandung: CV Pustaka Setia; 2011.

[15] Mubarok J. Modernisasi Hukum Perkawinan di Indonesia. Bandung: Pustaka Bani Quraisy; 2006.

[16] Perkawinan di bawah tangan atau dikenal dengan berbagai istilah lain seperti kawin bawah tangan, kawin Sirri, atau nikah Sirri adalah pernikahan yang dilakukan berdasarkan aturan agama atau adat istiadat dan tidak dicatatkan di kantor pegawai pecatat nika n.d.

[17] Pernikahan yang keberadaanya tidak diakui atau tidak sah menurut undang-undang yang berlaku dalam suatu negara n.d.

[18] Kebudayaan DP dan. Kamus Bahasa Indonesia II. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa; 1983.

[19] J.S. Badudu dan Sutan Muhammad Zain. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 2001.

[20] Asrorun Ni’am Sholeh. Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga. Jakarta: eLSAS; 2008.

[21] Menurut seorang ulama terkemuka yang pernah menjabat Rektor Universitas al- Azhar di Kairo Mesir, yaitu Mahmud Shaltut, ia berpendapat bahwa nikah Sirri merupakan jenih pernikahan di mana akad atau transaksinya (antara laki-laki dan perempuan) tidak dihadi n.d.

[22] Mahmud Shaltut. alFatawa: Dirasat li Mushkilat al_muslim al-Mu’asir fi Hayatih al- Yaumiyah Wajib al-Ammah. Damaskus: Dar al_qalam,; n.d.

[23] Dadi Nurhaedi. Nikah di Bawah Tangan: Praktek Nikah Sirri Mahasiswa Jogja. Jagjakarta: Saujana; 2003.

[24] Wahbah al_Zuhayli. al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh. Damaskus: Dar al-Fikr; 1989.

[25] Sabiq S. Fiqih Sunnah. Abu Syauqi. Jakarta Timur: PT. Tinta Abadi Gemilang; 2013.

[26] Al-Zuhaily W. al-Fiqh al islami wa adilah, Juz IV. Mesir: Dar Fikr; n.d.

[27] Al-Suyuti. al-Jami Al-Saghir, vol. I, 11. Kairo: Mustafa al-Babi al-Halabi wa Auladuh; 1954.

[28] Surya H. Problematika Nikah Sirri di Indonesia: Kedudukan Nikah Sirri Menurut Hukum Positif Indonesia. AL-ILMU; 2020. p. 05.

[29] Diantara manfaat dari pencatatan nikah adalah adanya memberikan status hukum yang jelas terhadap pernikahan yang diselenggarakan. Karena statusnya jelas, maka suami tidak bisa berlaku semena-mena terhadap terhadap perempuan, anak-anak dari hasil pernikaha. n.d.

[30] Sri Mulyati. Relasi Suami Istri dalam Islam ( Jakarta: Kerja sama Pusat Studi Islam UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta: IISEP dan CIDA; 2004.

[31] Penetapan pencatatan sebagai bagian dari rukun pernikahan oleh perumus LCD tidak lebih sebagai upaya penegasan formal keharusan pencatatan dalam sebagaimana diatur UU No. 1 tahun 1974 pasal 2 dan Komplikasi Hukum Islam pasal 4-7 yang kemudian ditarik pada. n.d.

[32] Ridwan. Membongkar Fiqh Negara: Wacana Keadilan Gender dalam Hukum Keluarga Islam. Purwokerto: Pusat Studi Gender STAIN Purwokwrto; 2005.

[33] Probert R. The Impact of the Marringe Act of 1753: Was It Really, A Most Cruel Law for the Fair Sex. Eighteenth Century Stud. 2005;(Winter):38.

[34] Sorongan GG. Kajian Yuridis Kedudukan Hukum Anak Yang Lahir Dari Hasil Perkawinan Sirih Dalam Kaitannya Dengan Warisan Menurut Hukum Perdata. J Lex Priv; 2021. p. 09.

[35] Meilinda AY. Perlindungan Hukum Terhadap Kedudukan Anak yang Lahir dari Perkawinan Tidak Tercatat (Studi Kasus Penetapan Pengadilan Agama Nomor 0208/Pdt. P/2018/PAJT). Jakarta J Indones Notary; 2021. p. 3.

[36] Muzarie M. Kontroversi Perkawinan Wanita Hamil. Yogyakarta: Pustaka Dinamika; 2002.

[37] Susilo W. Kedudukan Anak Kandung Dan Anak Hasil Perkawinan Sirri Ditinjau Dari Pembagian Harta Waris Menurut Undang–Undang Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam. IUS J Ilm Fak Huk. 2021;09:28–49.

[38] Moh Idris Ramulyo. Tinjauan Beberapa Pasal Undang-undang Nomor. 1 Tahun 1974 dari Segi Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara; 2002.

[39] Quraish Shihab M. Perempuan. Jakarta: Lentera Hati; 2006.

[40] Hawari D. Marriage Counseling (Konsultasi Perkawinan). Jakarta: FKUI; 2006.

[41] M. Ali Hasan. Azas-azas Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukun Islam di Indonesia. Jakarta: Raja wali Press,; 1997.

[42] Syarifuddin A. Meretas Kebekuan Ijtihad. Jakarta: Ciputat Press; 2002.

[43] Djamil F. Pengakuan Anak Luar Nikah dan Akibat Hukumnya, dalam Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary, Problematika Hnkum Islam Komtemporer. Jakarta: Firdaus; 2002.

[44] Prodjodikoro W. Hukum Perkawinan di Indonesia. Bandung: Sumur; 2010.

[45] I Ketut Oka Setiawan. Hukum Perdata Tentang Orang Dan Benda. Arrisman. Jakarta: Raja wali Press; 2010.