The Relevance of Ki Hadjar Dewantara's Ideas to Character Education in the 2013 Indonesian Curriculum

Abstract

The Indonesian curriculum for 2013 places a strong emphasis on character education. This is because some feel that the morals and character of the nation have been eroding. It can be argued that this tendency began during the Dutch colonial period, when pupils were subjected to moral judgment. During this time, Ki Hadjar Dewantara’s ideas served as a springboard for restoring a spirit of education in Indonesia that was just and respected adab, regardless of one’s origin. The goal of this research was to compare Ki Hadjar Dewantara’s ideas with the character education curriculum of 2013. This study employed a qualitative methodology with a comparative study strategy. The findings showed that character education in the 2013 curriculum, as well as Ki Hadjar Dewantara’s ideas, can be starting points for restoring Indonesia’s educational spirit to a higher level of quality. Students who are both ethically and academically brilliant, who have a high level of scientific knowledge and respect ethical and moral principles should be praised.


Keywords: character education, Ki Hadjar Dewantara, curriculum 2013

References
[1] A Majid, D Andayani, Pendidikan karakter perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya; 2011.

[2] Nata A. Tokoh-tokoh pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2005.

[3] Saeful A. Implementasi nilai kejujuran dalam pendidikan. Tarbawi: Jurnal pemikiran dan Pendidikan Islam. 2021;4(2):124-42.

[4] M.U. Usman, “RELEVANSI PROGRAM PENATARAN JARAK JAUH DENGAN TUNTUTAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU SD : Studi Deskriptif Evaluatif Bahan dan Pelaksanaan Kegiatan PPPG Tertulis Ditjen Pendidikan Dasar Dan Menengah,” (2013)

[5] Pattaro C. Character education: Themes and researches. An academic literature review. Italian Journal of Sociology of Education. 2016;8(1).

[6] Graff CE. The effectiveness of character education programs in middle and high schools

[Doctoral dissertation]. SUNY Brockport, New York, 2012.

[7] K Kumalasari. Pendidikan karakter berbasis agama dan budaya in pendidikan sejarah, suatu keharusan; reformulasi pendidikan sejarah. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta; 2013.

[8] D Wahyudin, Pengantar pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka; 2008.

[9] Prayudi GM, Salindri D. Pendidikan pada masa pemerintahan kolonial belanda di Surabaya tahun 1901-1942 (Education on Dutch Government in Surabaya at 1901- 1942). Publika Budaya. 2015;3(1):20-34.

[10] G Gunawan. Pendidikan karakter: Konsep dan implementasi. Bandung: Alfabeta; 2014.

[11] Sugiarta IM, Mardana IB, Adiarta A. Filsafat pendidikan ki hajar dewantara (Tokoh Timur). Jurnal Filsafat Indonesia. 2019;2(3):124-36. https://doi.org/10.23887/jfi.v2i3.22187

[12] Abdullah I. Pengembangan kurikulum: Teori dan praktek. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2014.

[13] I. Suyitno, “PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA BERWAWASAN KEARIFAN LOKAL.,” Jurnal Pendidikan Karakter. vol. 3, no. 1, pp. 1–13, 2012.

[14] Dewantara KH. Education: Thought, conception, exemplary, independent attitude. Yogyakarta: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta, 2013.

[15] S Supinah, I T Parmi, Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan 2010.

[16] L. Agung S., “THE ROLE OF SOCIAL STUDIES AND HISTORY LEARNING IN JUNIOR HIGH SCHOOL IN STRENGTHENING THE STUDENTS CHARACTER.,” Paramita: Historical Studies Journal. vol. 25, no. 2, pp. 238–246, 2016

[17] L Lickona. Pendidikan karakter: Penduan lengkap mendidik siswa menjadi pintar dan baik. Bandung: Nusa Media; 2015.

[18] Lickona T. Character education, complete guide to educate students to be smart and good. Lita S, translator. Bandung: Nusa Media; 2013.

[19] M. MAGTA, “KONSEP PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA PADA ANAK USIA DINI.,” Jurnal Pendidikan Usia Dini. vol. 7, no. 2, pp. 221–229, 2013

[20] Samani M, Hariyanto MS. Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya; 2011.

[21] M Mulyasa. 2013 curriculum development and implementation. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.

[22] M Munjiatun. Penguatan pendidikan karakter munjiatun. Kependidikan. 2018;6(2):334–349.

[23] Sukmadinata NS. Pengembangan kurikulum: Teori dan praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya; 2007.

[24] Zuriah N. Pendidikan moral dan budi pekerti dalam perspektif perubahan. Jakarta: Bumi Aksara; 2019.

[25] S Sugiyono. Understanding qualitative research. Bandung: Alfabeta; 2012.

[26] S Suyadi. Strategi pembelajaran pendidikan karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya; 2015.

[27] Wiryopranoto S, Herlina NMS, Marihandono D, Tangkilisan YB, Nasional TPK. Perjuangan ki hajar dewantara: Dari politik ke pendidikan. Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; 2017.

[28] Tiara SK, Sari EY. Analisis teknik penilaian sikap sosial siswa dalam penerapan kurikulum 2013 di SDN 1 Watulimo. EduHumaniora. Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru. 2019;11(1):21-30. https://doi.org/10.17509/eh.v11i1.11905

[29] Adisusilo S. Pembelajaran nilai karakter konstruktivisme dan VCT sebagai inovasi pendekatan pembelajaran aktif. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2013.

[30] Y. Kusmayadi, “SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI PRIANGAN 1900- 1942.,” Jurnal Artefak. vol. 4, no. 2, pp. 141–152, 2018

[31] Marzuki M, Khanifah S. Pendidikan ideal perspektif Tagore dan Ki Hajar Dewantara dalam pembentukan karakter peserta didik. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan. 2016;13(2):172-81.