The Impact of the Original Local Government Revenue and Balanced Budget toward Capital Expenditure of the Government of Palangka Raya City

Abstract

The implementation of fiscal decentralization in improving services and necessity in various sectors including public sector has lead the Regional Government to allocate higher Capital Expenditure for the development of sectors that are considered beneficial in each region. The purpose of this study is that the researcher would like to investigate the impact of Original Local Government Revenue and Balanced Budget toward the Capital Expenditure of Palangka Raya City. The study was conducted in Palangka Raya City using a quantitative descriptive approach and multiple analysis for the data analysis. The results of the study indicates that part of Original Local Government Revenue does not have significant effect on Capital Expenditure. Meanwhile, part of the Balanced Budget has a significant effect on Capital Expenditure. Simultaneously, both of Original Local Government Revenue and Balanced Budget are able to influence local Capital Expenditure of the government of Palangka Raya City.


Keywords: Original Local Government Revenue, Balanced Budget and Capital Expenditure

References
[1] Abdullah, S., & Asmara, J. A. (2006). Perilaku oportunistik legislatif dalam penganggaran daerah. Simposium Nasional Akuntansi, 9, 23-26.

[2] Abdullah, S., & Halim, A. (2003). Pengaruh dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah terhadap belanja pemerintah daerah: Studi kasus kabupaten/kota di Jawa dan Bali. Paper presented at the Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VI, UNAIR Surabaya.

[3] Asyaidah, D. (2015). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) terhadap Alokasi Belanja Modal Kabupaten dan Kota di Indonesia. (S2), Universitas Gadjah Mada.

[4] Darwanto, & Yustikasari, Y. (2007). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Simposium Nasional Akuntansi X, 1-25.

[5] Halim, A (2007). Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat, Jakarta

[6] Halim, A. (2016). Manajemen Keuangan Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

[7] Ni Luh Dina Selvia Martini, Wayan Cipta, I Wayan Suwendra.(2014).Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Buleleng Tahun 2006-2012. Universitas Pendidikan Ganesha.

[8] Nuarisa, S. A. (2013). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Accounting Analysis Journal, 2(1).

[9] Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Angaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010, (2009).

[10] Pratolo, S., & Riyadi, A. (2007). Pengetahuan Anggaran dan Efektivitas Partisipasi dalam Hubungannya dengan Kepuasan atas Pelaksanaan Anggaran Kinerja (Studi Empiris di Kabupaten Bantul). Jurnal Akuntansi dan Investasi, 8(2), 32-39.

[11] Sularno, F. M. (2013). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Studi Kasus Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.

[12] Tsani, R. (2018). Faktor-faktor yang Memengaruhi Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. (S2), Universitas Gadjah Mada.

[13] Uhunmwuangho, S., & Aibieyi, S. (2013). Problems of revenue generation in local government administration in Nigeria. AFRREV IJAH: An International Journal of Arts and Humanities, 2(3), 192-209.

[14] Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, (2004).

[15] Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, (2004).

[16] Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, (2003).