Java North Coast Women's Contribution to Economic and Religious Dynamics: It Is Time to Be A Public Knowledge

Abstract

Pekalongan was one of the centers of the northern coast of Java in the past. The study of the Pekalongan community mostly focused on batik production and religious (Islamic) life. This study aimed to complement previous studies on the northern region of Java, particularly Pekalongan, with a focus on raising the women’s contribution to the economic dynamics of batik and religious communities so that those studies became public knowledge. Very few studies emphasized it, which is the novelty of this study. This study used relevant literature searches and was supported by an in-depth conceptualization analysis. The results of the study showed that the availability of specific data and information regarding women’s contribution to economic and religious dynamics was still limited. However, it did not mean that there were no figures and women’s contributions in the production of batik and in broadcasting their religion. The existence of women as batik makers and batik traders was a strong sign that women were present to contribute to the economy, even though men dominated batik entrepreneurs in Pekalongan. In the field of religion, women also became preachers, Islamic boarding school managers such as Syarifah (Habibah) or Nyai, female students, and so on. It is time for public knowledge about the dedication of women, such as Pekalongan women in batik and Islam, to become mainstream knowledge, as Vandana Shiva emphasized.


Keywords: women, Java north coast, contribution, Pekalongan, batik, religion

References
[1] Hayati C. Pekalongan sebagai kota batik 1950-2007. Volume 2. Jurnal Lensa; 2012.

[2] Salma, IR, Corak etnik dan dinamika batik Pekalongan, Jurnal Dinamika kerajinan dan batik, 2013; vol. 30 no.2, 85-97.

[3] Widyasari RK, Sachari A, Sriwarno AB. Akulturasi masyarakat Pekalongan, Paper presented at: Seminar nasional membangun tradisi inovasi melalui riset berbasis praktik seni dan desain, 2017; FBS Unesa, Semarang Indonesia.

[4] Mahmudah SA, Subiyanto A. Memahami budaya masyarakat Pekalongan melalui tindak tutur direktif di Kampung Batik Kauman. ANUVA. 2020;4(4):521–9.

[5] Savirani, A. Etos entrepeneurship pengusaha batik Pekalongan masa kini, in Emirul, CA. Pekalongan Inspirasi Indonesia # ed. Pekalongan: Pemkot Pekalongan coorporate with The Pekalongan Institute and Kirana Pustaka, 2008.

[6] Rismawati, Shinta D, Sofiani, Legal culture of religious capitalism on batik business: A case study in Pekalongan”, Journal of law, policy, and globalization, 2015; vol 33, 107-114.

[7] Maulana L. Theology of humanity in the Sufism community of the Sabbaqal Mufarridiyah in Pekalongan. Jurnal Penelitian. 2019;16(1):25–36.

[8] Haryati TA, Gunaryo A, Mudjahirin T. Social representation of coastal Javanese Islam: portrait of Pekalongan. Jurnal Penelitian. 2020;17(1):15–28.

[9] Susminingsih, Dissertation on the internet, Berkah lan sanggan: Pragmatisme religius pada hubungan kerja industri batik di kota Pekalongan, 2015; Yogyakarta: Program Ilmu Ekonomi, UII, Yogyakarta.

[10] Koentjaraningrat. Kebudayaan Jawa ( Jakarta): PN Balai Pustaka; 1984.

[11] Babad (kabupaten) Pekalongan, Pekalongan: Dinas Kebudayaan dan Pendidikan, 2017.

[12] Hamid, AR. Sejarah maritim Indonesia, Yoyakarta: Penerbit Ombak, 2018.

[13] Vlekke BH. Nusantara, sejarah Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia; 2015.

[14] Marwah, S, Pratiwi, CP, Ramadhanti, W, Report of research (1), Perempuan dalam tradisi masyarakat pesisir kilen : Sudut pandang sistem sosial-ekonomi, politik, agama, dan budaya, Kemendikbudristek: Penelitian dasar kompetitif nasional, 2021.

[15] Emirul, CA, Hafidz, IN, Santosa, IB, Emich, Pekalongan inspirasi Indonesia, Pekalongan : Pemkot Pekalongan kerjasama dengan The Pekalongan Institute dan Kirana Pustaka, 2008.

[16] Vandana S. Staying alive: Women, ecology, and survival in India. New Delhi: Kali For Women; 1988.

[17] Bakker A, Charris A. Metodologi penelitian filsafat. Yogyakarta: Kanisius; 1990.

[18] Riyanto, Pekalongan kota batik dunia, Pekalongan : Dinas Komunikasi dan Informatika, 2014.

[19] Bourdieu P. In other words: Essays toward reflexive sociology. Cambridge: Polity Press; 1990. https://doi.org/10.1515/9781503621558.

[20] Lucas A. Peristiwa tiga daerah. Yogyakarta: Media Pressindo; 2019.

[21] Ricklefs M. Sejarah Indonesia modern. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2011. Lombard, D, Nusa Jawa silang budaya, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

[22] Burhanudin J. Ulama perempuan Indoensia. Surabaya: Gramedia; 2002.

[23] Khadafi M. Dinamika otoritas ulama perempuan Indonesia di ruang publik (Kebangkitan nyai dalam komunitas muslim tradisional NU), in PIES Team, ed.#, Islam Indonesia pascareformasi, Surabaya: Imtiyaz, 2015.

[24] Mangunwijaya YB. Rara mendut sebuah trilogi. Jakarta: Gramedia Pustaka; 2008.

[25] Marwah, S, Pratiwi, CP, Ramadhanti, W, Report of research (2), Perempuan dalam tradisi masyarakat pesisir kilen : Sudut pandang sistem sosial-ekonomi, politik, agama, dan budaya, Kemendikbudristek: Penelitian dasar kompetitif nasional, 2022.

[26] Data pondok pesantren, kyai, santri seluruh Jawa Tengah, at www.jateng.bps.go.id accessed September 12, 2022.

[27] Data pondok pesantren di kabupaten dan kota Pekalongan, at www.laduni.com accesed September 12, 2022.

[28] Smith B, Woodward M. Gender, and power in Indonesia Islam: Leaders, feminist, Sufis, and pesantren selves. New York: Routledge; 2014.