The National Heritage Of Ki Hadjar Dewantara In Taman Siswa About Culture-Based Education And Learning

Abstract

Global interdependence is a reality; in the security, economics, politics, socio-culture, and especially in the education of a nation. Relevant to the need for an international dialog on education, this study tries to explore: 1) the concepts of culture-based education and learning of Ki Hadjar Dewantara (KHD) in Tamansiswa, 2) the results of previous studies about the culture-based education and learning of KHD in Tamansiswa, and 3) the phenomena of Tamansiswa stagnancy as the national movement in education. A qualitative approach is used in this study. The researcher collected data from documents, observations, interviews; open ended questions. The data were analyzed to describe the focus of this study and get the conclusions. The result shows that Tamansiswa took role in culture-based education and learning by implementing Among System since the beginning of its history. The previous studies indicate that the KHD ideas are beyond his time and generation; very important for the nation in recent time. The phenomena of stagnancy is more due to management problems rather than the obsoleteness of philosophical foundation of Tamansiswa. It is necessary to socialize the concepts of culture-based education and learning of Ki Hadjar Dewantara (KHD) in Tamansiswa, to recognize the importance of KHD ideas as a contribution to the development of education in Indonesia.

 

Keywords: National heritage, Culture-based  Education, Tamansiswa.

References
[1] M. Ahsani, Konstelasi kodrat alam dan tut wuri handayani Ki Hadjar Dewantara perspektif pendidikan Islam. Tesis tidak diterbitkan, Program Pascasarjana IAIN, Yogyakarta, 2004.


[2] S. Akbar, “Model Triprakoro dalam pembelajaran nilai dan karakter kepatuhan untuk sekolah dasar,” Jurnal Ilmu Pendidikan, vol. 19, no. 1, pp. 106–112, 2013.


[3] H. A. Aziz, Pendidikan karakter berpusat pada hati, Al Mawardi Prima, Jakarta, 2011.


[4] F. Bakri and S. Budi Raharjo, “Analisis Hasil Uji Kompetensi Guru Fisika,” Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika, vol. 01, no. 1, pp. 91–96, 2015.


[5] B. Buntarsono, dkk. Tamansiswa badan perjuangan kebudayaan pembangunan masyarakat, Perguruan Tamansiswa, Yogyakarta, 2012.


[6] J. W. Creswell, Research design qualitative & quantitative approach, Sage Publication, California, 1994.


[7] N. K. Denzin and Y. S. dan Lincoln, Handbook of qualitative research, London Sage Publication, 1994.


[8] Ki. Dewantara Hadjar, “Asas-asas dan dasar-dasar taman siswa., Yogyakarta,” Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, 1964.


[9] K. H. Dewantara, 1994, Bagian II Kebudayaan., Yogyakarta, Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.


[10] K. H. Dewantara, (1964). Masalah kebudayaan, Pidato Pengukuhan KHD menerima Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tgl 19 Desember 1956 di Sitihinggil Yogyakarta.


[11] K. H. Dewantara, “Bagian I Pendidikan., Yogyakarta,” Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, 1977.


[12] M. Dimyati, (1977). Penelitian kualitatif. Malang: IKIP Malang.


[13] K. P. Dwiarso, Tamansiswa tergilas komersialisasi. Kedaulatan Rakyat, Koleksi Griya Kirti, Yogyakarta, 2012.


[14] C. T. F. Gibbon and L. L. Morris, 1937. How to analyze data. California: Sage Publication Inc.


[15] H. Hadiana and Abdulhak, “The development for school program in order to encourage student spiritual intelligent,” Atikan, Jurnal Kajian Pendidikan, vol. 3, no. 2, pp. 151–159, 2013.


[16] Hariyadi, Sistem among: Dari sistem pendidikan ke sistem sosial., Yogyakarta, Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Sistem among, Dari sistem pendidikan ke sistem sosial, 1985.


[17] Yogya. Harian, Tamansiswa terlambat berubah, Koleksi Griya Kirti, Yogyakarta, 2012.


[18] D. Kuswandi, (2009). Bangunan keilmuan pendidikan taman siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan 30(2), Juli 2009.


[19] S. Kompas, Sepi di Tengah Ritual, Koleksi Griya Kirti, Yogyakarta, 2010.


[20] T. Lickona, Character matters. Diterjemah dalam bahasa Indonesia oleh Juma Abdu Wamaungo & Jean Antunes Rudolf Zein, Bumi Aksara, Jakarta, 2013.


[21] Masrukhi, “Revitalisasi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai pembangun karakter melalui pemberdayaan kultur sekolah,” Jurnal Ilmu Pendidikan, vol. 17, no. 1, pp. 15–21, 2010.


[22] D. Meirawan, “Trilogi karakter manusia bermartabat dan implikasinya pada pendidikan,” Jurnal Ilmu Pendidikan, vol. 17, no. 3, pp. 189–194, 2010.


[23] Majlis Luhur Perguruan Tamansiswa, (1977). Piagam dan peraturan besar peraturan Tamansiswa. Yogyakarta: MLPTS.


[24] Noordiana., Operet Aryo Penangsang gugur di Tamansiswa. Tesis tidak diterbitkan, Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, 2006.


[25] W. Pujiastuti, Konsep manusia sebagai pamong menurut Ki Hadjar Dewantara. Tesis yang tidak diterbitkan, Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 1998.


[26] N. Rubiyanto and D. Haryanto, Strategi pembelajaran holistik di sekolah, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2010.


[27] M. Said, 1972, Tamansiswa its Principles and Practice, Yogyakarta; MLPTS.


[28] A. Sholeh, “Relevansi gagasan sistem among dan Tri Pusat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara terhadap pengembangan pendidikan Islam,” Yogyakarata: Program Pascasarjan IAIN, vol. 2, no. 2, 2012.


[29] Sugiono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan RD, CV Alfabeta, Bandung, 2009.


[30] Ki. Supriyoko, Relevansi pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti. Kedaulatan Rakyat, vol. 4, Koleksi Griya Kirti, Yogyakarta, 2012.


[31] Soeratman, “Metode among dan sikap laku among., Yogyakarta,” Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, 1972.


[32] H. Suwignyo, “Penanaman budi pekerti dalam tindak tutur guru sebagai dasar pendidikan karakter di Sekolah Dasar,” Jurnal Sekolah Dasar, vol. 20, no. 2, pp. 86– 94, 2011.


[33] S. M. Towaf, (2013-2015). Eksplorasi kekayaan pendidikan nasional: Pembelajaran dalam sistim among untuk memperkuat nilai-nilai dan karakter bangsa pada tingkat pendidikan Dasar/Taman muda di Perguruan Tamansiswa. LP2M UM, Malang: Laporan Penelitian.


[34] S. M. Towaf, “Pendidikan karakter pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,” in Jurnal Ilmu Pendidikan, vol. 20, no. 1, pp. 75–85, 2014.


[35] UNESCO PROAP/APNIEVE, Learning to live together in peace and harmony, IKIP Bandung and UNESCO PROAP/APNIEVE, Bandung, 1997.